Rabu, 02 Juli 2008

CINTAKU BERAWAL DARI MATANYA

Cintaku berawal dari matanya ketika aku masih kuliah, aku mencintai seorang gadis tapi ia menolakku. Namun aku tidak putus asa, aku tetap mengejarnya hingga banyak mahasiswa heboh membicarakanku. Ada yang bersimpati, heran, kagum, menganggapku tolol bahkan ada yang mengasihaniku.

          Seorang teman menasehati agar aku melupakannya dan menerima kenyataan kalau ia tidak mencintaiku. Temanku yang lain menyayangkan mengapa aku mencintainya. Dengan keras ia katakan, “ Cewek kaya gitu aja loe suka ? Sombong… ketus…norak, loe terlalu baik buat dia.” Komentar mereka kutanggapi dengan senang hati. Ini berarti mereka perduli dan tak ingin aku kecewa sebab gadis itu pernah menghinaku dengan kata-katanya yang kasar, “ Ngaca dong !...loe tuh bukan level gue…!” Teman-temanku heran mengapa aku tidak marah. Itulah cinta, aku tidak marah karena aku yakin kata-kata itu bukan dari hatinya yang terdalam. Aku bisa melihat dari matanya. Dari matanya aku tahu ia mencintaiku tetapi ia terlalu angkuh untuk mengakuinya. Aku tahu karena aku selalu menatap matanya. Ya.. tidak seorang pun tahu kalau aku menyukai matanya yang indah dan bening. Cintaku berawal dari matanya, suatu hari aku mengirim puisi untuknya.

 

DI MATAMU 

Di matamu….kulihat

Pancaran teduh disana

Di matamu…..ada kesan

Yang tak mampu kubaca 

Dan di matamu….kulihat

Sesuatu yang lain,

Kutemukan cinta sejernih matamu… 

Namun……mengapa

Tak ada sepatah kata pun

Dari bibirmu…?

Mengapa tidak kau

 Genggam mentarimu…? 

Akulah mentarimu….

Akulah kasih sayangmu…

Akan ku berikan

Kebahagiaan dan ketulusan

Untukmu,… 

Akan kukatakan

Kulihat cinta di matamu…

Tidakkah kau percaya….?

          Dari kejauhan aku melihat ia membaca puisiku. Ia tersenyum, ia lipat lalu ia simpan didompetnya. Namun kepada temannya ia katakan puisi itu ia robek dan ia membuangnya, herannya aku tidak bisa membencinya.

          Dua tahun berlalu…aku mulai bosan. Aku merasa apa yang kulakukan sia-sia akhirnya kukirimkan rangkaian kata-kata untuknya. “ Kadang kurenungi pertemuan kita. Kala itu ku tak ragu karean matamu memberi kepastian, kubiarkan aku tenggelam dalam lautmu, kubiarkan kapalku brmuara dalam hatimu lewat matamu….hari-hari berlalu tapi tak kutemukan jawaban. Seharusnya aku sadar, semestinya aku tahu diri, siapa aku…?

Maaf…selama ini aku bertahan karena kupikir kau mencintaiku, itu pun kutahu dari matamu, lalu kucari kebenaran lewat sikapmu tapi diriku terperangkap dalam kebimbangan. Saat ini kusadar, aku terobsesi olehmu. Kucoba meronta agar tak bermuara  lagi dalam hatimu yang dingin dan senyap…kulepas dirimu sayang…”

          Beberapa hari kemudian, sepucuk surat diantar pak pos kerumahku, surat tanpa nama pengirim. Kubuka dan kubaca,

 “ Maafkan aku karena selalu menghina dan mengabaikanmu….kamu adalah laki-laki terbaik untukku… kutunggu kamu dirumah kapanpun kamu punya waktu. I LOVE YOU….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer